TUGAS KIMIA ORGANIK
ALKENA
OLEH :
PUTRAWAN BAHRIUL
A 251 10 006
Alkena
1.
Pengantar
Senyawa Hidrokarbon tak
jenuh adalah senyawa organik yang mengandung satu ikatan rangkap dua. Berbeda
dengan kelompok hidrokarbon dimana ikatan tunggal C-C merupakan ikatan sigma
pada orbitas hibrid sp3 dari dua atom karbonnya. Maka pada alkena
ikatan ganda dua C=C terbentuk dari ikatan sigma orbital-orbital hibrid sp2.
Hidrokarbon tak jenuh adalah kelompok hidrokarbon yang
mempunyai jumlah atom hidrogen per atom
karbon lebih sedikit dibandingkan dengan alkana. Lebih kecilnya jumlah hidrogen
ini disebabkan oleh adanya ikatan ganda antara karbon-karbon, baik ganda dua maupun
ganda tiga. Kelompok hidrokarbon yang dalam ikatan karbon-karbonnya mengandung
ikatan ganda dua dinamakan alkena, dimana perbandingan karbon dan hidrogen
dapat ditandai dengan rumus empirik CnH2n.
Berbeda dengan kelompok hidrokarbon jenuh
(Alkena), di mana ikatan tunggal C-C merupakan ikatan sikma pada orbital
hibrida Sp3 dari dua tom karbonnya, maka pada alkena ikatan
ganda dua C=C
terbentuk dari ikatan sigma orbital-orbital hibrida sp2 dari
dua karbon yang kemudian dilengkapi dengan ikatan p dari satu orbital p yang tersisa pada masing-masing atom karbon yang
bersangkutan.
Dikenal juga senyawa alkena yang mempunyai
lebih dari satu ikatan ganda dua, dan kelompok senyawa ini dikenal dengan nama alkadiena,
-tiena, - tetraena, atau poliena, secara berturut-turut untuk dua,
tiga, empat, atau banyak ikatan ganda dua.
Apabila dalam satu molekul terdapat lebih
dari satu ikatan ganda, maka strukturnya perlu digolongkan berdasarkan posisi
relatif ikatan-ikatan ganda tersebut. Jika ikatan ganda terletak bersebelahan
satu dengan lain, maka kelompok seperti itu
dinamakan terkumulasi. Jika ikatan ganda yang terlibat dalam senyawa
menempati posisi berselang-seling dengan ikatan tunggal, dinamakan
terkonyugasi, tetapi apabila ikatan-ikatan ganda tersebut diantarai oleh dua
atau lebih ikatan tunggal,maka susunan seperti ini dinamakan terisolasi. Dari
ketiga susunan di atas, sistem . terkonyugasi merupakan sistem yang senyawanya
banyak ditemukan di alam dengan sifat-sifat kimia yang menarik.
A.
Ikatan Dalam Alkena
Jika atom
karbon membentuk ikatan rangkap dua, karbon berada dalam keadaan sp2-hybrid-sp2.
hibrid orbital dibentuk dengan cara hibridisasi dari satu atom 2s orbital dan
dua atom 2p orbital. Satu atom 2p orbital dari atom karbon tidak ikut dalam
hibridisasi tersebut. Tiga Sp2 orbital membentuk tiga ikatan
sigma (σ), sambil 2p orbital membentuk ikatan kedua, disebut ikatan pi(π).
Atom
karbon dengan tiga sp2 hibrid orbital membentuk ikatan-ikatan
dengan tiga atom lainnya disebut “karbon trigonal”. Ikatan-ikatan sigma dari
karbon trigonal yang terletak pada satu bidang disebut bidang ikatan sigma
dengan sudut ikatan kira-kira 120o. Sudut ikatan-ikatan ini memungkinkan
ketiga gugusan mengikat karbon trigonal dalam jarak maksimum dari masing-masing
ikatan.
Pada
molekul kelompok alkena, putaran pada ikatan ganda terbatas. Karena itu,
kemungkinan terjadinya isomer cis-trans pada beberapa alkena yang
bersubstitusi swangat besar. Sebagai contoh, ada enam senyawa dengan rumus
molekul C4H8 yang mungkin dapat dipisahkan. Dua
diantaranya, yaitu 2-butena, merupakan isomer cis-trans yang pada suhu kamar berwujud gas dengan titik
didih masing-masing 1 C dan 4 C. Satu
isomer mempunyai kedua hidrogennya pada sisi yang sama dari ikatan ganda dan
disebut cis-2-butena, sedangkan isomer lainnya dinamakan trans-2-butena,
mempunyai gugus metil pada sisi yang berlawanan. Hal in I dapat dilihat dengan
jelas pada Gambar 3.2.
Gambar. 3.2 Dua isomer cis- dan trans-2-butena
Tidak semua ikatan ganda menghasilkan
keisomeran geometri. Hanya molekul-molekul yang pada setiap atom karbon yang
terlihat ikatan ganda mengikat dua gugus berbeda, dapat berada sebagai isomer cis-
dan trans-. Tetapi jika kedua atom karbon tak jenuhnya tidak
mengikat lagi hidrogen, maka system sis dan trans tidak dapat digunakan.
Sebagai gantinya digunakan sistem Z (Zusammen) dan E (Engegent), bila gugus
berprioritas utama berada pada sisi yang sama, maka disebut Z dan jika
berseberangan disebut E (cara penentuan prioritas dibahas pada bab
selanjutnya). Hal ini jelas terlihat pada senyawa dengan struktur yang
dipaparkan dalam Gambar 3.3
Gambar 3.3. Senyawa dengan Isomer Geometri
Banyak senyawa yang mempunyai lebih dari
satu ikatan ganda dua sehingga dapat membentuk isomer geometri. Jumlah maksimum
isomer yang mungkin adalah sama dengan 2 , dimana n merupakan
banyaknya ikatan ganda dua dengan subtituen yang berbeda pada masing-masing
ujungnya. Sebagai contoh untuk kasus ini dapat dilihat pada Gambar 3.4
Gambar 3.4 Isomer Geometri Pada Senyawa dengan Dua Ikatan Ganda Dua
B. Tatanama Alkena
Penamaan alkena berdasarkan aturan IUPAC
menyerupai tatacara penamaan untuk alkana, dengan beberapa tambahan sesuai
posisi dan lokasi ikatan ganda dua yang terdapat dalam struktur senyawa yang
dimaksud.
Aturan tersebut
adalah sebagai berikut:
(1)
Ikatan ganda
dua diberi akhiran –ena untuk satu ikatan ganda, -diena, -triena, dan tetraena,
untuk senyawa dengan dua, tiga, dan empat ikatan ganda dua.
(2)
Ikatan ganda
harus masuk dalam rantai karbon yang bernomor, dimana atom-atom karbon yang
mempunyai ikatan ganda, diberikan nomor yang paling rendah.
(3)
Nomor untuk
atom karbon yang menyatakan ikatan ganda dituliskan di depan nama senyawa.
Marilah kita memperhatikan penerapan
aturan-aturan ini pada contoh-contoh dibawah ini:
Alkana Alkena
H3C – CH3 H2C
= CH2
etana etena
CH3CH2CH3 CH2
= CHCH3
Propana Propena
Untuk senyawa dengan empat atom karbon diperlukan penomoran lokasi ikatan
ganda, dan nomor yang digunakan adalah nomor terkecil dari dua karbon yang
terlibat dalam ikatan ganda tersebut.
Gambar 3.1.Jika terikat pada tiga atom lainnya seperti etilena CH2=CH2
karbon mencampur atom orbitalnya membentuk tiga Sp2- hibrid
orbital yang membentuk ikatan sigma dengan tiga atom yang terikat. Satu 2p
orbital hanya tinggal satu elektron.
C. Sifat –sifat Alkena
a. Sifat Fisik
Seperti
telah dijelaskan dalam pendahuluan bahwa ikatan ganda dua terbentuk oleh ikatan
sigma dari orbital sp2 dan ikatan p dari orbital-orbital p
yang tersisa. Akibatnya setiap atom karbon dapat berikatan dengan tiga atom
lain, bukan empat seperti pada alkana. Selain itu, kedua karbon dan atom-atom
hidrogen yang melekat kepadanya terletak pada bidang datar dengan sudut ikatan
± 120 , sehingga gaya tolak menolak
antar elektron ikatan menjadi minimum. Bangun strukturnya dinamakan tirgonal
planar.
Rotasi di
sekitar ikatan ganda dua sangat terbatas, karena adanya ikatan ganda dua itu sendiri yang sifatnya
kaku. Hal ini yang membedakan dengan rotasi bebas yang terjadi di sekitar ikatan tunggal pada alkana. Disamping itu,
panjang ikatan ganda dua lebih pendek jika dibandingkan dengan ikatan tunggal.
Dalam table .1 dipaparkan perbandingan antara ikatan tunggal dan ganda dua. Tabel 3.1 Perbandingan Ikatan
Tunggal C-C dengan Ikatan Ganda Dua.
Tabel 3.1. Perbandingan Ikatan Tunggal C-C dengan
Ikatan Ganda
Dua C=C
No,
|
Kriteria
|
Ikatan C-C
|
Ikatan C=C
|
1.
|
Jumlah
atom yang terikat pada karbon
|
4
|
3
|
2.
|
Bangun
molekul
|
Tetrahedral
|
Trigonal
|
3.
|
Rotasi di
sekitar ikatan tunggal/ ganda
|
Bebas
|
Terbatas
|
4.
|
Geometri
|
Banyak
|
Planar
kemungkinan lebih mungkin bersilang
|
5.
|
Sudut
ikatan,
|
109,5
|
120
|
6.
|
Panjang
ikatan
|
1,54
|
1,34
|
Sifat-sifat
fisika hidrokarbon tak jenuh dengan ikatan ganda dua (alkena) pada umumnya
serupa dengan hidrokarbon jenuh (alkana). Alkena mempunyai berat jenis yang
lebih kecil dibandingkan dengan berat jenis air, sedangkan kelarutannya di
dalam air juga kecil. Alkena dengan satu sampai empat atom karbon ditemukan
dalam bentuk gas tak berwarna sedangkan untuk rantai yang lebih panjang, yakni
lima atom karbon atau lebih (deret homolognya yang lebih tinggi) terdapat dalam
wujud cairan yang mudah menguap.
1. Titik Didih
Masing-masing alkena memiliki titik didih yang sedikit lebih rendah
dibanding titik didih alkana yang sama jumlah atom karbonnya. Etena, propena
dan butena berwujud gas pada suhu kamar, selainnya adalah cairan.
C1 sampai C4 pada suhu kamar berbentuk gas
C5 ke atas pada suhu kamar berbentuk cair
Satu-satunya gaya tarik yang terlibat dalam ikatan alkena adalah
gaya dispersi Van der Waals, dan gaya-gaya ini tergantung pada bentuk molekul dan
jumlah elektron yang dikandungnya. Gaya Van der Waals adalah gaya antar molekul
pada senyawa kovelen. Untuk gaya Van der Waals pada alkena yang bersifat
non-polar disebut gala London (dipil sesaat). Makin besar Mr senyawa alkena,
gaya Van del Waals makin kuat, sehingga titik didih (TD) makin
tinggi. Masing-masing alkena memiliki 2 lebih sedikit elektron dibanding alkana
yang sama jumlah atom karbonnya.
Tabel 3.2. Beberapa Alkena dan Titik Didihnya
Rumus
|
Nama
|
Td (oC)
|
CH2=CH2
CH3CH=CH2
CH3CH2CH=CH2
CH3CH2CH2CH=CH2
|
Etena (etilena)
Propana (Propilena)
1-Butena
cis-2-Butena
trans-2-Butena
Metilpropena
1-pentena
|
-104
-47
-6
4
0,9
-7
30
|
2. Kelarutan
Alkena
hampir tidak dapat larut dalam air, tapi larut dalam pelarut-pelarut organik,
seperti lemak dan minyak
b.
Sifat Kimia Alkena
1. Dengan jumlah C yang sama
, alkena lebih reaktif dibanding dengan alkana.
2. Reaksi adisi, mengubah
ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal dengan menambah atom lain.
Reaksi adisi
merupakan reaksi yang umum terjadi pada alkena melalui pemutusan ikatan ganda
dua. Dalam reaksi berikut, gugus Br dari pereaksi (Br2)
CH3CH3 + Br – Br → H2CBr – CH2Br
Etena 1,2-dibromoetana
akan melekat pada salah
satu atom karbon yang terlibat ikatan ganda dua, sedangkan substituen Br
lainnya akan terikat pada atom karbon pasangannya. Dalam reaksi adisi
ini,.terjadinya pemutusan ikatan ganda karbon-karbon disebabkan oleh pecahnya
ikatan p yang terlibat dalam ikatan ganda tersebut sedangkan ikatan sama
tetap. Hal ini disebabkan karena kekuatan ikatan p tersebut relatif
lebih lemah dibandingkan dengan ikatan sigma. Sebaliknya, ikatan sigma dari
pereaksi (molekul brom) terpecah menjadi atom-atom Br. dan pengikatan
substituen yang dihasilkan ke atom karbon berlangsung melalui ikatan sigma
baru.
1
Adisi Halogen
Adisi alkena dengan halogen dapat dengan
mudah dilakukan. Halogen biasanya dilarutkan dalam pelarut lembam (inert),
yaitu pelarut yang tidak dapat bereaksi dengan zat yang dilarutkan, seperti
karbon tetraklorida (CCl4) atau kloroform (CHCl3),
larutan selanjutnya diteteskan ke dalam alkena yang akan diadisi. Reaksi ini
berlangsung secara spontan pada suhu kamar.
Adisi brom biasa digunakan sebagai reaksi uji
kualitatif atas ketakjenuhan senyawa-senyawa organik melalui perubahan warna
sebagai indicator. Larutan Br2 dalam CCl4 berwarna
merah-coklat sedangkan senyawa tak jenuh hasil reaksi adisi tidak berwarna.
Dengan demikian jika senyawa tak jenuh diadisi dengan brom maka perubahan warna
yang dapat diamati adalah merah-coklat pereaksi menjadi tak berwarna.
2
Adisi Hidrogen
Adisi hidrogen pada alkena disebut “hidrogenasi”, dan untuk
maksud tersebut dibutuhkan katalisator, biasanya Pt, Ni, atau Pd. Katalis logam
menyerap gas H2 pada permukaan dan mengaktifkan ikatan H-H. Salah satu contoh reaksi hidrogenasi dengan
katalis pada senyawa berikatan ganda dua secara komersial adalah dalam mengubah
minyak nabati menjadi margarin atau lemak lain.
Adisi Air
\ / Katalis │
│
C
= C + H2 → -
C – C -
/ \ │
│
Reaksi
adisi air, yang dikenal dengan “hidrasi”, pada alkena juga memerlukan katalis.
Katalisator yang digunakan pada reaksi adisi air biasanya katalis asam. Air, sebagai H-O-H
beradisi pada molekul alkena menghasilkan alcohol. Reaksi ini digunakan untuk
mensintesis alcohol dalam laboratorium atau secara komersial.
Adisi Asam
H H
\ / H
│ │
C
= C → H – C – C – OH
/ \ │
│
H H
etena etanol
Pada reaksi
adisi asam (HA), ion H+ beradisi pada atom karbon yang terlibat
ikatan ganda dua dari alkena, sedangkan sisa asam, A-beradisi pada atom karbon
pasangannya.
HA H+
+ A-
\ / │
│
C
= C + H – A → - C –
C -
/ \ │
│
H H
\ /
C
= C + H-Cl → CH3CH2Cl
/ \
H H
etena kloroetana
Berkaitan dengan reaksi adisi alkena,
maka baik pereaksi maupun alkenanya sendiri dikelompokkan dalam kedudukan
“simetrik” dan “tak simetrik”. Pengertian tentang kesimetrikan ini akan lebih
jelas jika kita memperhatikan uraian-uraian dalam Tabel 3.3
Dalam reaksi
adisi, jika alkena dan/atau pereaksi yang digunakan bersifat simetrik, maka
akan diperoleh satu hasil reaksi saja. Akan tetapi jika pereaksi dan alkena,
keduanya tak simetrik, maka umumnya diperoleh dua macam hasil.
Contoh: adisi air
berkatalis asam memberikan dua kemungkinan hasil, sebagai berikut:
Atom
hidrogen dari air dapat beradisi pada atom C1 sedangkan OH pada atom
C2 pada molekul 1-propena, atau sebaliknya. Hasil penelitian,
ternyata hanya memberikan hasil reaksi 2-propanol saja.
Tabel 3.3 Penggolongan Senyawa Berdasarkan
Kesimetrikan Dalam Reaksi Adisi
Bertolak dari
telaah reaksi-reaksi adisi. Vladimir Markovnikov merumuskan bahwa jika pereaksi tak simetris beradisi pada
alkena tak simetris, maka bagian elektropositif dari pereaksi beradisi pada
atom karbon dari ikatan ganda dua yang mengandung atom hidrongen terbanyak.
Dalam adisi HCl pada propilena, reaksi
di awali dengan adisi proton dengan dua kemungkinan hasil reaksi, yaitu (1)
Pembentukan kation iso- (ii) dan/atau kation n-propil. Selanjutnya dalam
penggabungannya dengan ion Cl-, kation iso-propil menghasilkan 2-kloropropana
(CH3CHClCH3) sedangkan kation n-propil menghasilkan
1-kloropropana (CH3CH2CH2Cl). Hasil penelitian
menujukkan bahwa hanya 2- kloropropana saja yang diperoleh dari reaksi adisi
tersebut, berarti bahwa proton hanya beradisi ke atom C1 saja.
Hukum Markonikov. Jika reagen yang
tidak simetris ditambahkan kesuatu alkena yang tidak simetris, bagian positif
reagen tersebut (H+ dalam HX) akan terikat pada ikatan rangkap
karbon yang telah mengikat hidrongen lebih banyak.
Hukum Markonikov memungkinkan kita
menentukan produk apa yang dominan dalam reaksi addisi yang tidak simetris
Alasan Hukum Markonikov
Hukum
Markonikov dapat digunakan untuk memperlihatkan produk yang mungkin terjadi
pada reaksi addisi alkena, karena relatif stabilnya karbokasi intermediat. Pada
reaksi addisi alkena, tiga langkah karbokasi mungkin terjadi :
1.Satu gugusan R terikat pada karbon bermuatan positif
2.Dua gugusan R terikat pada karbon bermuatan positif
3.Tiga gugusan R terikat pada karbon bermuatan positif
Tiga Bentuk Terpenting Karbokasi
Dari hasil pengamatan bermacam-macam reaksi, para ahli kimia
menyimpulkan bahwa karbokasi ketiga lebih stabil dari karbokasi kedua dan
karbokasi kedua lebih stabil dari karbokasi pertama
Relatif stabilnya karbokasi mungkin disebabkan oleh
kesanggupan polarisasi gugusan alkil yang lebih besar dari pada atom
hidrogen. Jika dibandingkan dengan atom
hidrogen, gugusan alkil mengandung lebih banyak elektron yang dapat mendorong
atom ke arah bermuatan positif. Oleh sebab itu jumlah atom yang lebih banyak
merupakan bagian yang menentukan muatan positif. Penarikan elktron ke muatan
positif melalui ikatan sigma dalam suatu molekul atau ion disebut efek
induksi
Muatan yang tersebar pada sejumlah atom disebut delokalisasi.
Ion yang muatannya tersebar lebih stabil dibandingkan ion yang tidak tersebar.
Dalam reaksi adisi, karbokasi yang lebih stabil tidak
membentuk hasil antara, karena lebih sedikit energi yang dibutuhkan untuk
menghasilkannya.
D.
Beberapa Reaksi Khas Alkena
1.
Hidroborasi
Alkena
Reaksi hidroborasi alkena adalah reaksi
alkena dengan senyawa hidroboran (BH3) yang sangat bermanfaat dalam
hal sintesis. Reaksi ini melibatkan adisi ikatan hidrongen boron pada senyawa
BH3 terhadap molekul alkena. Polarisasi pada ikatan H-B dengan
hidrongen sebagai boron sebagai +. Pada proses reaksi adisi boron berlangsung
pada atom karbon yang substitusinya paling sedikit.
R- CH = CH2 + H- BH2 R-CH2-CH-BH2
2.
Oksidasi
Alkena Dengan Permanganat
Alkena lebih mudah dioksidasi oleh
pereaksi yang bersifat oksidator melalui proses penyerapan electron p pada
ikatan ganda dua. Ion permanganat yang berwarna unggu, Setelah reaksi
berlangsung akan berubah menjadi endapan coklat MnO2. Perubahan
warna yang terjadi dalam reaksi ini sering digunakan untuk membedakan alkena
dari senyawa-senyawa kelompok alkana dalam sample hidrokarbon seperti minyak
bumi.
a.
Reaksi tanpa pemaksapisahan akan membentuk diol atau epoksi
Contoh: H2C=CH-CH3 +[O]
H2COH-HCOH-CH3
atau
H2C-CH-CH3
b. Reaksi pemaksapisahan akan membentuk
aldehid (jika oksidator lemah), keton dan asam karbosilat (jika oksidator
kuat).
Contoh: H2C=CH-CH3 + [O]
H2C=O + O=CH-CH3
3.
Ozonolisis
Alkena
Alkena dapat bereaksi ozon (O3)
membentuk ozorida, yang dengan bantuan suatu reduktor (biasanya Zn dalam asam)
akan menghasilkan senyawa karbonil berupa aldehida atau keton. Ozorida
terbentuk dalam dua tahap, yaitu adisi ozon pada ikatan ganda dua menghasilkan
senyawa antara yang kemudian mengadakan penataan ulang membentuk ozorida
Reaksi dengan
ozon menyebabkan putusnya ikatan ganda dua pada alkena dan diikuti dengan
pembentukan dua ikatan ganda dan dua karbon-oksigen (karbonil) masing-masing
pada karbon yang berasal dari ikatan ganda dua tersebut. Proses ini digunakan
ozonolis, yang bermanfaat dalam pelacakan posisi ikatan ganda dua pada suatu
senyawa organik.
4. Reaksi Diena
Alkena yang mempunyai dua ikatan rangkap akan memiliki tiga bentuk, tergantung pada posisi ikatan – ikatan rangkapnya.
a. Alkena dengan ikatan rangkap terisolasi
CH3 – CH2 – CH = CH – CH2 – CH2 – CH = CH – CH3
b. Alkena dengan ikatan rankap terkonjugasi
CH3 – CH = CH – CH = CH – CH = CH – CH3
CH2 = CH – CH = CH2
c. Alkena dengan ikatan rangkap terakumulasi
CH2 = C = C = C = CH2
Alkena yang mempunyai dua ikatan rangkap akan memiliki tiga bentuk, tergantung pada posisi ikatan – ikatan rangkapnya.
a. Alkena dengan ikatan rangkap terisolasi
CH3 – CH2 – CH = CH – CH2 – CH2 – CH = CH – CH3
b. Alkena dengan ikatan rankap terkonjugasi
CH3 – CH = CH – CH = CH – CH = CH – CH3
CH2 = CH – CH = CH2
c. Alkena dengan ikatan rangkap terakumulasi
CH2 = C = C = C = CH2
Alkena dengan ikatan rangkap terkonjugasi
akan mengalami reaksi adisi.
E.
SINTESIS SENYAWA ALKENA
Dalam sintesis senyawa alkena dapat dilakukan dengan:
1.
Dehidrohalogenasi alkil halide
Alkil halide. Jika
alkil halide direaksikan dengan KOH atau NaOH, maka akan mengalami
dehidrohalogenasi menjadi alkena. Urutan kecepatan reaksi dehidrohalogenasi
alkil halide adalah sebagai berikut:
Alkil halide tersier > alkil halide sekunder > alkil halide primer
Reaksi Umum:
Alkil halide tersier > alkil halide sekunder > alkil halide primer
Reaksi Umum:
2.
Dehidrasi alkohol
a.
Dehidrasi alkohol dengan menggunakan aluminium oksida sebagai katalis
Dehidrasi etanol menghasilkan
etena
Cara ini merupakan sebuah cara yang sederhana untuk
membuat alkena berwujud gas seperti etena. Jika uap etanol dilewatkan di atas
bubuk aluminium oksida yang dipanaskan, maka etanol akan terpecah menghasilkan
etena dan uap air.
Untuk membuat beberapa tabung uji dari etena, anda
bisa menggunakan perlengkapan berikut:
Tidak terlalu sulit untuk membayangkan rangkaian di
atas dalam skala besar dengan mendidihkan beberapa etanol di sebuah labu kimia
dan melewatkan uapnya pada aluminium oksida yang dipanaskan dalam sebuah tabung
panjang.
b Dehidrasi alkohol menggunakan sebuah katalis asam
Katalis asam yang biasa digunakan
adalah asam sulfat pekat atau asam fosfat(V) pekat, H3PO4.
Asam sulfat pekat akan menimbulkan banyak reaksi
sampingan. Katalis ini tidak hanya bersifat asam, tetapi juga merupakan agen
pengoksidasi kuat. Katalis ini mengoksidasi beberapa alkohol menjadi karbon
dioksida dan disaat yang sama tereduksi dengan sendirinya menjadi sulfur
oksida. Kedua gas ini (karbon dioksida dan sulfur oksida) harus dikeluarkan
dari alkena.
Katalis ini juga bereaksi dengan alkohol
menghasilkan banyak karbon. Masih ada beberapa reaksi sampingan lainnya, tapi
tidak akan dibahas disini.
Dehidrasi etanol menjadi etena
Etanol dipanaskan bersama dengan asam sulfat pekat
berlebih pada suhu 170°C. Gas-gas yang dihasilkan dilewatkan ke dalam larutan
natrium hidroksida untuk menghilangkan karbondioksida dan sulfur dioksida yang
dihasilkan dari reaksi-reaksi sampingan.
Etena terkumpul di atas air.
Asam sulfat pekat merupakan sebuah katalis. Olehnya
itu biasa dituliskan di atas tanda panah bukan di sebelah kanan atau kiri
persamaan reaksi.
c. Dehidrasi sikloheksanol menjadi
sikloheksena
Proses dehidrasi ini merupakan sebuah proses
pemisahan yang umum digunakan untuk mengilustrasikan pembentukan dan pemurnian
sebuah produk cair. Dengan adanya fakta bahwa atom-atom karbon tergabung dalam
sebuah struktur cincin, tidak akan ada perbedaan yang terbentuk bagaimanapun
karakteristik kimia reaksi yang terjadi.
Sikloheksanol dipanaskan dengan asam fosfat(V) pekat
dan sikloheksana cair disaring dan bisa dikumpulkan dan dimurnikan.
Asam fosfat(V) cenderung digunakan menggantikan asam
sulfat karena lebih aman dan menghasilkan lebih sedikit reaksi sampingan.
.
3. Dehalogenasi dihalida
Dehalogenasi Vicinil dihalida
Vicinal dihalida
adalah suatu alkyl halide yang mempunyai 2 atom halogen yang terikat pada
molekul atom karbon yang berbatasan. Reaksi ini juga merupakan reaksi
bimolekuler (E2) antara alkyl halide sekunder dalam basa kuat.
aceton
CH2 CH
CH2 + 2NaI CH3CH=CH2+I2 +
2NaCl
Cl Cl
Vicinal dihalida
4.
Reduksi alkuna
1)
Hidrogenasi Alkuna
Hidrogenasi alkuna merupakan reduksi
ikatan phi dan adisi atom terhadapmolekul. Ada 2 kemungkinan adisi atom
tersebut yaitu: adisi sin (cis) dan anti (trans). Jika atom ditambahkan pada
sisi yang sama daro molekul, adisi tersebut disebut dengan adisi sin. Sedangkan
apabila adisi ditambahkan pada sisi yang berlawanan, maka terjadi adisi anti.
Adisi sin:
CH3 CH3
CH3 C C CH3 + H2 C=C
H H
Adisi anti trans
CH3 C C CH3 + LiC2H5 NH2
78o NH4Cl
CH3 H
C=C
H CH3
F. Kegunaaan Senyawa alkena
Alkena
dapat diperoleh dari pemanasan atau perengkahan alkana. Senyawa alkena sering
kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya karet dan plastik. Dapat digunakan sebagai obat bius (dicampur dengan
O2), untuk memasakkan buah-buahan dan sintesis zat lain (gas alam, minyak bumi,
etanol)