Kamis, 31 Mei 2012

PEMBUATAN NATRIUM TIOSULFAT


NAMA : PUTRAWAN BAHRIUL
STAMBUK : A 251 10 006


PERCOBAAN III
PEMBUATAN NATRIUM TIOSULFAT
I.     TUJUAN
           Adapun tujuan dari percoban ini adalah untuk mempelajari cara pembuatan garam natrium tiosulfat dan sifat-sifat kimianya.
II.  DASAR TEORI
                   Natrium banyak ditemukan di bintang-bintang, dimana garis d pada spektrum matahari sangat jelas. Natrium juga merupakan elemen terbanyak keempat di bumi, terkandung sebanyak 2.6% di kerak bumi. Unsur ini merupakan unsur terbanyak dalam grup logam alkali. Sifat Natrium, seperti unsur radioaktif lainnya, tidak pernah ditemukan tersendiri di alam. Natrium adalah logam keperak-perakan yang lembut dan mengapung di atas air. Tergantung pada jumlah oksida dan logam yang terkekspos pada air, natrium dapat terbakar secara spontanitas. Lazimnya unsur ini tidak terbakar pada suhu dibawah 115 derajat Celcius. Di antara banyak senyawa-senyawa natrium yang memiliki kepentingan industrial adalah garam dapur (NaCl), soda abu (Na2CO3), baking soda (NaHCO3), caustic soda (NaOH), Chile salpeter (NaNO3), di- dan tri-natrium fosfat, natrium tiosulfat pentahydrat ( Na2S2O3 . 5H20) and borax (Na2B4O7 . 10H2O) (Alson, 1989).
            Natrium Tiosulfat berupa hablur besar, tidak berwarna, atau serbuk hablur kasar. Mengkilap dalam udara lembab dan mekar dalam udara kering pada suhu lebih dari 33°C. Larutannya netral atau basa lemah terhadap lakmus. Sangat mudah larut dalam air dan tidak larut dalam etanol. Natrium tiosulfat juga berperan sebagai antidot untuk keracunan sianida. Sodium tiosulfat merupakan donor sulfur yang mengkonversi sianida menjadi bentuk yang lebih nontoksik, tiosianat, dengan enzyme sulfurtransferase, yaitu rhodanase. Tidak seperti nitrit, tiosianat merupakan senyawa nontoksik, dan dapat diberikan secara empiris pada keracunan sianida. Penelitian dengan hewan uji menunjukkan kemampuan sebagai antidot yang lebih baik bila dikombinasikan dengan hidroksokobalamin (Puput, 2010).
                   Natrium tiosulfit (Na2SO3) dapat dibuat dari H2SO4. H2SO4 adalah asam yang sangat penting yang digunakan dalam induksi kimia. H2SO4 mencair pada suhu 10,50C membentuk cairan kental. H2SO4 berikatan dengan hydrogen dan tidak bereaksi dengan logam di dalam air untuk menghasilkan H2. H2SO4 menyerap air dan dapat menghasilkan gas. Ion SO42- adalah tetrahedral, mempunyai panjang ikatan 1,49 Å, mempunyai rantai pendek. Ikatan S – O memiliki 4 ikatan σ antar S dan O dan 2 ikatan π yang didelokalisasi S dan 4 atom O. Asam tiosulfat H2SO3 .tidak dapat dibentuk dengan menambahkan asam ke dalam tiosulfat karena pemisahan asam bebas dalam air ke dalam campuran S, H2S, H2Sn, SO2 dan H2SO3.
H2S + SO3 → H2S2O3
Garam yang biasa disebut tiosulfat stabil dan berjumlah banyak. Tiosulfat dibuat dengan memanaskan alkali/larutan sulfit dengan S dan juga dengan mengoksidasi polisulfida dengan air seperti reaksi berikut :
Na2S2O3 + S → Na2S2O3
2NaS3 + 3O2 → 2Na2S2O3 +2S
Banyak sekali reaksi yang digunakan dalam analisis anorganik kualitatif melibatkan pembentukkan endapan. Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar dari larutan. Endapan mungkin berupa kristal (kristalin) atau koloid, dan dapat dikeluarkan dari larutan dengan penyaringan atau pemusingan (sentrifuge), seperti yang dilakukan pada percobaan ini yakni pembuatan natrium tiosulfat, dimana natrium tiosulfat ini dihasilkan dengan mereaksikan Natrium sulfit dengan belerang melalui beberapa tahapan reaksi sampai akhirnya menghasilkan endapan (Puput, 2010).

III.   Alat dan Bahan
                Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
a.    Alat
1.    Gelas ukur                          10.  Ember
2.    Pipet tetes                           11.  Desikator
3.    Neraca digital                     12.  Penjepit tabung       
4.    Penagans listrik                   13.  Rak dan tabung reaksi
5.    Spatula                                14.  Kertas saring
6.    Kertas                                 15.  Gelas kimia
7.    Alat refluks
8.    Cawan penguap
9.    Corong

b.    Bahan
1.    Padatan Na2S2O3.5H2O (natrium tiosulfat pentahydrat)
2.    Serbuk belerang (sulfur)
3.    Aquades
4.    Larutan BaCl2
5.    Es batu
6.    Padatan NaSO3
7.    Larutan HCl 0,1 M
8.    Larutan Iod








IV.   Prosedur Kerja
            Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :

A.  Pembuatan Natrium Tiosulfat
1.    Menyiapkan alat dan  bahan yang digunakan pada percobaan ini.
2.    Menimbang 12,5 gram natrium sulfit dan memasukkannya ke dalam labu refluks.
3.    Menambahkan 50 mL aquades dan 3,0 gram serbuk belerang kemudian merefluks selama 70 menit. Setelah itu, mendinginkan larutan tersebut.
4.    Menyaring larutan tersebut dengan menggunakan kertas saring kemudian memindahkan filtrate ke dalam cawan penguap dan menguapkannya hingga volume 10 mL
5.    Mendinginkan filtrate tersebut di dalam alat pendingin hingga membentuk kristal selama 1 hari kemudian menyaring kristal yang telah terbentuk tersebut. Setelah itu, memindahkannya ke atas cawan penguap.
6.    Menimbang kristal tersebut dengan mengggunakn neraca digital kemudian mendiamkannya hingga mencair.

B.  Mempelajari Sifat-Sifat Kimia Natrium Tiosulfat
1.    Pengaruh pemanasan
a.    Memasukkan sejumlah kristal Na2S2O3.5H2O ke dalam cawan penguap kemudian menimbangnya dengan menggunakan neraca digital.
b.    Memanaskan kristal tersebut kemudian mendinginkannya. Setelah itu, memasukkannya ke dalam desikator selama beberapa menit.




2.    Reaksi dengan Iod
     Memasukkan 1 mL larutan natrium tiosulfat buatan ke dalam tabung reaksi dan menambahkan 1 mL larutan iod kemudian mengamati perubahan yang terjadi.
3.    Reaksi dengan Klor
                 Memasukkan 1 mL larutan natrium tiosulfat buatan ke dalam tabung reaksi dan menambahkannya 1 mL larutan HCl 0,1 M. Setelah itu, menambahkannya lagi 1 mL larutan BaCl­2  dan mengamati perubahan yang terjadi.
4.    Pengaruh asam encer
     Memasukkan 3 mL larutan natrium tiosulfat buatan ke dalam tabung reaksi dan menambahkannya 3 mL larutan HCl 0,1 M kemudian mengamati perubahan dan bau larutan tersebut.
      













V.  Hasil Pengamatan
            Adapun hasil pengamatan yang diperoleh pada percobaan ini adalah sebagai berikut :

No
Perlakuan
Hasil
A.





B.
Pembuatan natrium tiosulfat hidrat.
 12,5 gram Na2SO3 + 50 mL H2O +3,0 gram serbuk belerang,
direfluks selama ±70 menit,
didinginkan,  disaring, diuapkan,
didinginkan, dan disaring.
Sifat-sifat kimia natrium tiosulfat.
1.     Pengaruh pemanasan.
     a). Na2S2O3 buatan
     b).Na2S2O.5H2O
             (sebelum  dipanaskan)
     c). Na2S2O3 .5H2O
            (sesudah dipanaskan)
2.   Reaksi dengan Iod
   Na2S2O3.H2O  1 mL  + 1  mL I2
3.   Reaksi dengan Klor
a). Na2S2O3.H2O 1 mL +
      1 mL HCl 0,1 M
b). Na2S2O3.H2O  1 mL +
     1 mL HCl  0,1 M +
     1 mL BaCl2
4.    Pengaruh asam encer
   Na2S2O3.H2O 3 mL +
   3 mL HCl 0,1 M


21,42 gram kristal Na2S2O3






Mencair
Padatan/kristal 1,16 gram

Mencair kemudian mengkristal kembali, dengan berat 0,77 gram.

Larutan bercampur

Larutan bercampur dan bening

Terbentuk endapan



Larut dan berbau sulfur
VII.Perhitungan
       Diketahui : Massa Na2SO3                  = 12,5 gram
                          Massa serbuk belerang =   3,0 gram
                          Mr Na2SO3                    = 126 gram/mol
                          Mr S8                             =  256 gram/mol
                          Mr Na22O3.5H2O        = 248 gram/mol
       Ditanyakan : a. Massa Na2S2O3.
                          b. % rendeman ……?
       Penyelesaian :
       8Na2SO3(s) + 5H2O(l) + S8(s)                       8Na2S2O3.5H2O(s)  
b.   
                                     =
                                     = 0,09 mol

c.   
                               =
                   = 0,01 mol
           
                                       =
                                       = 0,08 mol

            massa Na2S2O3.5H2O = mol Na2S2O3.H2O x Mr Na2S2O3.5H2O
                                                             = 0,08 mol x 248 gram/mol
                                                             = 19,84 gram
d. 
                                       =
                                       = 154,63 %


























VI.   Persamaan Reaksi
A.  Pembuatan natrium tiosulfat hidrat.
     8Na2SO3(s) + 5H2O(l) + S8(s)                       8Na2S2O3.5H2O(s)  
    
B.  Sifat – sifat kimia natrium tiosulfat
1.    Pengaruh pemanasan
    a). Na2S2O3.H2O(s)                      Na2S2O3(aq) + H2O(l)
    b). Na2S2O3.5H2O(s)                   Na2S2O3(s)  +  H2O(g)
      
2.     Reaksi dengan Iod
          Reduksi  : I2(aq)  + 2e-                 2I-(aq)
            Oksidasi : 2S2O32-(aq)                      S4O62-(aq)  + 2e-
     Redoks  : I2(aq)  + 2S2O32-(aq)                       2I-(aq)  + S4O62-(aq)
                             Atau
                 I2(aq) + 2Na2S2O3(aq)                      2NaI(aq)  + Na2S4O6(aq)

3.    Reaksi dengan  klor
     a). Na2S2O3(aq)  + 2HCl(aq)                       H2S2O3(s)  + 2NaCl(aq)
     b). H2S2O3(aq) + BaCl2(aq)                  BaS2O3(s) + HCl(aq)

4.      Pemgaruh  asam encer
Na2S2O3(aq)  + HCl(aq)                2NaCl(aq)  + S(s)  + SO2(g)  + H2O(l)
 







VII.     Pembahasan
               Natrium Tiosulfat berupa hablur besar, tidak berwarna, atau serbuk hablur kasar. Mengkilap dalam udara lembab dan mekar dalam udara kering pada suhu lebih dari 33°C. Larutannya netral atau basa lemah terhadap lakmus. Sangat mudah larut dalam air dan tidak larut dalam etanol. Natrium tiosulfat juga berperan sebagai antidot untuk keracunan sianida (Puput, 2010).
          Pada perlakuan pertama yaitu pembuatan natrium tiosulfat hidrat. Langkah pertama yang dilakukan yaitu menimbang 12,5 gram padatan Na2SO3 kemudian memasukkannya ke dalam gelas kimia. Setelah itu, menambahkan 3 gram serbuk belerang dan 50 ml aquades  kemudian diaduk. Adapun  tujuan pencampuran dilakukan dalam gelas kimia yaitu agar serbuk sulfur dapat larut dan  tidak mengapung sebelum dimasukkan ke dalam alat refluks. Langkah selanjutnya yaitu merefluks larutan tersebut selama ±70 menit sambil memanaskannya di atas penangas listrik. Adapun fungsi pemanasan pada perlakuan ini adalah untuk mempercepat terjadinya reaksi dimana pada suhu yang tinggi energi kinetik dari molekul-molekul zat terlarut akan meningkat sehingga tumbukan antar partikel juga meningkat yang menyebabkan reaksi berjalan dengan cepat. Proses merefluks akan dihentikan ketika larutan yang semula berwarna kuning  telah berubah membentuk 2 lapisan yang di bawahnya ada endapan, dimana endapan yang terbentuk tersebut berasal dari natrium sulfit dan serbuk belerang sedangkan warna kuning yang ada pada larutan tersebut berasal dari warna sulfur. Adapun  tujuan merefluks adalah agar struktur molekul sulfur yang membentuk cincin yang mengandung 8 atom (S8) dapat diputuskan,  sehingga dapat bereaksi dengan natrium sulfit. Langkah selanjutnya yaitu menyaring larutan dalam keadaan panas untuk memisahkan filtrat dan residu. Adapun tujuan penyaringan dalam keadaan panas yaitu agar larutan tidak membentuk Kristal, karena jika larutan disaring dalam keadaan dingin maka akan membentuk kristal. Setelah itu, filtratnya diuapkan di atas penangas listrik hingga volumenya mencapai 10 mL kemudian larutan tersebut didinginkan dengan cara dimasukkan ke dalam bongkahan es lalu dimasukkan ke dalam lemari pendingin. Tujuan penguapan adalah untuk menghilangkan molekul air yang masih terdapat pada larutan yang bukan pentahidrat, sedangkan tujuan pendinginan dalam lemari es yaitu agar larutan dapat berbentuk kristal. Setelah kristalnya sudah terbentuk larutan kemudian disaring dan ditimbang sehingga diperoleh berat kristal sebesar 30,68 gram (Svehla, 1990).
          Berdasarkan perhitungan, diperoleh massa natrium tiosulfat pentahidrat yang digunakan yaitu 19,84 gram sedangkan massa natrium tiosulfat hidrat yang diperoleh dari percobaan yaitu 30,68 gram. Berdasarkan data tersebut, dapat ditentukan persen rendemen dari natrium tiosulfat hidrat. Dimana persen rendemen adalah perbandingan massa yang diperoleh dengan massa sampel dikali 100%. Adapun persen rendemen yang diperoleh yaitu 154,63%, hal ini berarti dalam kristal tersebut masih terdapat zat pengotor atau molekul air sehingga mempengaruhi massa kristal yang dihasilkan. Hasil yang diperoleh tersebut masih berbeda dengan literatur, dimana sehurusnya diperoleh persen rendemen lebih kecil atau sama dengan 100%. Perbedaan ini terjadi karena adanya kesalahan pada saat praktikum, misalnya kesalahan dalam, memanaskan, menimbang, merefluks ataupun menyaring (Sukardjo, 1984).
          Pada tahap kedua yaitu untuk mengetahui sifat-sifat kimia natrium tiosulfat, pada perlakuan pertama adalah pengaruh pemanasan. Pertama-tama padatan natrium tiosulfat pentahidrat ditimbang kemudian dipanaskan di atas penangas listrik. Pada saat pemanasan, padatan tersebut mencair dean lama-kelamaan membentuk padatan kembali. Hal ini terjadi karena terjadi pelepasan hidrat dalam bentuk molekul H2O ke udara. Adapun kestabilan termal antara Na2S2O3.5H2O dengan Na2S2O3.HO yaitu natrium tiosulfat pentahidrat lebih stabil dibandingkan natrium tiosulfat dikarenakan polarisasi ion-ion pada natrium tiosulfat pentahidrat lebih besar. Hal ini dapat terlihat pada saat natrium tiosulfat pentahidrat berada pada suhu kamar tidak mencair  sedangkan natrium tiosulfat hidrat mencair sebagian. Adapun pada saat dipanaskan natrium tiosulfat pentahidrat akan mencair namun membentuk padatan kembali, sedangkan natrium tiosulfat hidrat mencair semuanya (Puput, 2010).
          Pada langkah kedua yaitu mereaksikan natrium tiosulfat hidrat dengan larutan iodin sehigga menghasilkan larutan bening. Pada perlakuan ini terjadi reaksi redoks. Reaksi redoks adalah suatu reaksi dimana keadaan oksidasi berubah, dan disertai pertukaran elektron antara pereaksi. Dalam hal ini I2 mengalami reduksi menjadi I-, dan biloksnya mengalami penurunan dari 0 menjadi -1. Sedangkan 2S2O32- mengalami oksidasi menjadi S4O62-, dan biloksnya meningkat dari -4 menjadi -2. Dalam hal ini I2 sebagai oksidator sedangkan S2O32- bertindak sebagai reduktor.  Adapun penyebab larutan menjadi bening karena ion tiosulfat merupakan pengoksidator yang kuat sehingga dapat mereduksi I2 menjadi I- yang meyebabkan larutan tersebut menjadi bening (Anonim, 2010).
              Pada langkah ketiga yaitu menambahkan natrium tiosulfathidrat dengan larutan HCl 0,1 M dan BaCl2  sehingga menghasilkan larutan yang menyatu dan terbentuk endapan BaS2O3. Pada perlakuan ini HCl berfungsi sebagai pelarut yang dapat melarutkan natrium tiosulfat hidrat.
           Pada langkah selanjutnya yaitu larutan natrium tiosulfat hidrat ditambahkan dengan larutan HCl 0,1 M dan menghasilkan larutan yang bening dan berbau sulfur. Hal ini terjadi karena pada saat natrium tiosulfat hidrat direaksikan dengan HCl, akan terbentuk gas SO2 yang menyebabkan larutan berbau sulfur (Anonim, 2010).­
         







VIII.  Kesimpulan
          Berdasarkan tujuan dan hasil pengamatan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.    Kristal natrium tiosulfat pentahidrat dapat dibuat dengan cara merefluks natrium sulfit yang ditambahkan dengan serbuk belerang dan aquades, kemudian menyaringnya, menguapkan dan mendingikan hingga berbentuk kristal natrium tiosulfat hidrat.
2.    Natrium tiosulfat pentahidrat lebih stabil dibandingkan natrium riosulfat hidrat yang disebabkan polarisasi ion natrium tiosulfat pentahidrat lebih besar dari pada polarisasi ion natrium tiosulfat hidrat.
3.    Natrium tiosulfat pentahidrat mempunyai sifat yaitu :
a.    Pada saat dipanaskan natruim tiosulfat hidrat mencair, sedangkan natrium tiosulfat pentahidrat ketika dipanaskan akan mencair namun akan membentuk kristal kembali
b.    Reaksi iodine dengan natrium tiosulfat terjadi reaksi redoks, dimana yang berperan sebagai pereduksi yaitu I2. Sedangkan yang berperan sebagai pengoksidasi yaitu S2O32-.
c.    Natrium tiosulfat dicampur dengan HCl larutan menyatu. Setelah dicampur dengan larutan BaCl2 larutan membentuk endapan BaS2O3.
d.   Natrium tiosulfat dicampurkan dengan larutan HCl menghasilkan larutan yang menyatu dan berbau sulfur.










DAFTAR PUSTAKA

Alson. 2007. Pembuatan Natrium Tiosulfat. http://chem-is-try.org.
          diakses 12 November 2011.

Anonim. 2010. Sifat-Sifat Natrium Tiosulfat.
          http://cosmo done.blog.frienster.com/natrium tiosulfat.
          diakses 12 November 2011.

Puput. 2010.  Pembuatan Natrium Tiosulfat.
          diakses 12 November 2011.

Staf Pengajar Kimia Anorganik. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik I. Universitas Tadulako. Palu.

Svehla, G. 1990. Analisi Anorganik Kualitatif Makro Dan Semimakro.
          Kalman Media Pustaka. Jakarta.

















LAMPIRAN


1.    Apakah ion tiosulfat berfungsi sebagai oksidator, reduktor, atau oksidator dan reduktor ?jelaskan.
2.    Bandingkan kestabilan termal antara ion tiosulfat dan ion sulfit. Tuliskan reaksinya !
3.    Tuliskan reaksi yang terjadi pada B2, B3, dan B4 !
Jawab :
1.    Ion sulfat berfungsi sebagai pengoksidator , dimana ion ini merupakan pengoksidator yang kuat sehingga dapat mereduksi I2 menjadi I-.
2.    Ion tiosulfat memiliki kestabilan termal yang tinggi karena memiliki kekuatan pengoksidator yang besar dibandingkan ion sulfit. Dan ion tiosulfat juga memiliki daya melarut yang tinggi dalam air.
3.     a). Reaksi dengan Iod
         Reduksi  : I2(aq)  + 2e-                 2I-(aq)
            Oksidasi : 2S2O32-(aq)                        S4O62-(aq)  + 2e-
     Redoks  : I2(aq)  + 2S2O32-(aq)                        2I-(aq)  + S4O62-(aq)
                             Atau
                 I2(aq) + 2Na2S2O3(aq)                      2NaI(aq)  + Na2S4O6(aq)

b). Reaksi dengan  klor
     1). Na2S2O3(aq)  + 2HCl(aq)                        H2S2O3(s)  + 2NaCl(aq)
     2). H2S2O3(aq) + BaCl2(aq)                   BaS2O3(s) + HCl(aq)

c). Pemgaruh  asam encer
     Na2S2O3(aq)  + HCl(aq)                 2NaCl(aq)  + S(s)  + SO2(g)  + H2O(l)
 




Selasa, 29 Mei 2012

HPLC


BAB I
PENFAHULUAN

            Di zaman yang modern seperti sekarang ini, perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melaju dengan pesatnya. Tuntutan kebutuhan hiduplah yang menjadikan manusia giat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berbagai ilmu dikembangkan, mulai dari ilmu sosial hingga ilmu eksak. Seperti salah satu ilmu eksak yaitu ilmu kimia. Dalam praktiknya secara umum ilmu kimia, yaitu ilmu yang mempelajari tentang sususnan, sifat, dan reaksi suatu unsur atau zat dalam berbagai jenis  benda material.
            Dalam ilmu kimia banyak aspek-aspek penelitian yang dilakukan. Seperti halnya, yang paling spesifik yaitu pemisahan molekul- molekul dari senyawa zat nya, atau yang disebut dalam ilmu kimia yaitu Kromatografi. Kromatografi terbagi menjadi berbagai macam lagi. Salah satunya yaitu Kromatografi Cair Kinerja Tinggi” atau yang biasa di kenal HPLC.
Kemajuan dalam teknologi kolom, sistem pompa tekanan tinggi, dan detektor yang sensitif telah menyebabkan perubahan kromatografi kolom cair menjadi suatu sistem pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi yang tinggi. Metode ini dikenal sebagai kromatografi cair kinerja tinggi. Teknologi kolom didasarkan atas penggunaan kolom berlubang kecil (diameter dalam antara 2 mm hingga 5 mm) dan isi kolom berupa partikel kecil (3mm hingga 50 mm), yang memungkinkan tercapainya keseimbangan secara cepat antara fase gerak dan fase diam. Teknologi kolom partikel kecil ini memerlukan sistem pompa tekanan tinggi yang mampu mengalirkan fasa gerak pada tekanan tinggi sampai 300 atmosfer, agar tercapai laju aliran beberapa ml per menit. Oleh karena sering digunakan jumlah zat uji yang kecil (umumnya lebih kecil dari 20 mg) untuk isi kolom tersebut di atas, maka diperlukan detektor yang sensitif. Dengan teknologi ini kromatografi cair dalam banyak hal dapat menghasilkan pemisahan yang sangat cepat seperti pada kromatografi gas, dengan keunggulan zat-zat yang tidak menguap atau tidak tahan panas dapat dikromatografi tanpa peruraian atau tanpa perlunya membuat derivat yang dapat menguap.
Fase diam dapat berupa cairan atau polimer, yang disalut atau terikat secara kimia pada permukaan penyangga sebagai lapisan tipis, yang mengurangi hambatan terhadap pemindahan masa, sehingga keseimbangan antara fase gerak dan fase diam dapat tercapai dengan cepat. Suatu fase diam cair harus mempunyai sifat praktis tak bercampur dengan fase gerak, umumnya fasa gerak perlu dijenuhkan terlebih dahulu dengan fase diam cair, agar fase diam tidak terbawa dari kolom. Fase diam berupa polimer yang disalutkan pada penyangga umumnya lebih dapat bertahan. Suatu fase diam yang terikat secara kimia pada penyangga lebih mudah pemakaiannya dengan beraneka ragam pelarut serta suhu yang lebih tinggi.
Komposisi fase gerak berpengaruh nyata terhadap kinerja kromatografi dan harus dikendalikan dengan cermat. Komposisi dapat mempunyai pengaruh yang jauh lebih besar terdadap faktor kapasitas daripada suhu, (faktor kapasitas = k adalah perbandingan waktu yang diperlukan selama berada dalam fase diam terhadap waktu yang diperlukan selama berada dalam fase gerak).
Bahan pengisi kolom lainnya dengan diameter yang lebih kecil, antara 3 mm hingga 10 mm, hampir seluruhnya berpori dan memberikan pemisahan yang lebih efisien dari pada partikel pengisi kolom berukuran antara 30 mm hingga 50 mm. Partikel tersebut dapat pula dibuat bersifat adsorpsi atau dilapisi dengan suatu fase diam. Dalam hal ini pengisian ke dalam kolom harus dibuat dalam bentuk bubur untuk mendapatkan efisiensi kolom yang tinggi, berbeda dengan partikel berukuran antara 30 mm hingga 50 mm yang dapat diisikan dalam bentuk kering.
Tiga bentuk kromatografi cair kinerja tinggi yang paling banyak digunakan :
1.      Kromatografi penukar ion terutama digunakan untuk pemisahan zat-zat larut dalam air yang ionik atau yang dapat terionisasi dengan bobot molekul kurang dari 1500. Fase diam pada kromatografi penukar ion umumnya resin organik sintetik dengan gugus aktif yang berbeda-beda. Pada resin penukar kation terdapat gugus aktif yang bermuatan negatif dan resin ini digunakan untuk pemisahan zat-zat bersifat basa, misalnya amina. Sebaliknya pada resin penukar anion teredapat gugus aktif bermuatan positif yang akan zat-zat dengan gugus fosfat, sulfonat atau karboksilat, yang bermuatan negatif. Senyawa larut air yang ionik atau yang dapat terionisasi akan mengalami tarikan oleh resin, dan perbedaan dalam afinitas akan menyebabkan terjadinya pemisahan kromatografi. pH fase gerak, suhu, jenis ion, konsentrasi ionik, dan senyawa organik tertentu yang berfungsi untuk memodifikasi dapat mempengaruhi tertariknya zat terlarut, dan variabel-variabel tersebut dapat diatur agar diperoleh derajat pemisahan yang diinginkan.
2.      Pada kromatografi partisi digunakan fase gerak dan fase diam dengan polaritas yang berbeda. Jika fase gerak bersifat polar dan fase diam non-polar, dikenal sebagai kromatografi fase balik, maka senyawa non-polar yang larut dalam hidrokarbon, dengan bobot molekul kurang dari 1000, seperti vitamin larut lemak dan antrakinon, dapat dipisahkan berdasarkan atas afinitasnya terhadap fase diam. Modifikasi pelarut fase gerak yang polar dengan pelarut yang kurang polar menyebabkan berkurangnya afinitas serta retensi senyawa pada kolom. Jika fase gerak bersifat non polar dan fase diam polar, maka zat yang bersifat polar, seperti golongan alkohol dan amina dapat dikromatografi. Fase gerak yang non-polar dapat dimodifikasi dengan suatu pelarut yang lebih polar, untuk mengurangi retensi dan mengubah pemisahan.
3.      Beraneka ragam senyawa non ionik dapat dikromatografi dengan kromatografi adsorpsi, dengan memilih fase diam dan fase gerak yang tepat.




BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian HPLC
Foto1033.jpg
              HPLC adalah singkatan dari High Performance Liquid Chromatography, yaitu alat yang berfungsi mendorong analit melalui sebuah kolom dari fase diam ( yaitu sebuah tube dengan partikel bulat kecil dengan permukaan kimia tertentu) dengan memompa cairan (fase bergerak) pada tekanan tinggi melalui kolom. HPLC secara mendasar merupakan perkembangan tingkat tinggi dari kromatografi kolom. Selain dari pelarut yang menetes melalui kolom dibawah grafitasi, didukung melalui tekanan tinggi sampai dengan 400 atm. Ini membuatnya lebih cepat.
         HPLC memperbolehkan penggunaan partikel yang berukuran sangat kecil untuk material terpadatkan dalam kolom yang mana akan memberi luas permukaan yang lebih besar berinteraksi antara fase diam dan molekul-molekul yang melintasinya. Hal ini memungkinkan pemisahan yang lebih baik dari komponen-komponen dalam campuran.Sampel yang akan dianalisis dijadikan dalam volume yang kecil dari fase bergerak dan diubah melalui reaksi kimia oleh fase diam ketika sampel melalui sepanjang kolom. Tujuan penggunaan alat ini adalah mengetahui kadar asam organik.
     Banyak dari pengubahan tergantung dari sifat alami analit, fase diam, dan fase bergerak. Waktu saat analit keluar dari ujung kolom disebut waktu retensi dan merupakan suatu karakteristik yang unik dari tiap analit. Penggunaan dari tekanan menaikkan kecepatan linear memberikan lebih sedikit waktu bagi analit untuk berdifusi, dan menghasilkan chromatogram. Pelarut yang banyak digunakan yaitu air dan zat-zat organik seperti methanol. Jika sampel mula-mula berbentuk padatan harus di-distruksi dulu kemudian di-treatment sehingga berupa larutan homogen yang tidak terdapat endapan lagi dan bening, karena syarat sampel yang dapat dianalisa menggunakan HPLC adalah harus tidak ada endapan dan harus bening.
         Prinsip dasar dari HPLC adalah pemisahan analit-analit berdasarkan kepolarannya. Adapun prinsip kerja dari alat HPLC adalah ketika suatu sampel yang akan diuji diinjeksikan ke dalam kolom maka sampel tersebut kemudian akan terurai dan terpisah menjadi senyawa-senyawa kimia ( analit ) sesuai dengan perbedaan afinitasnya. Hasil pemisahan tersebut kemudian akan dideteksi oleh detector (spektrofotometer UV, fluorometer atau indeks bias) pada panjang gelombang tertentu, hasil yang muncul dari detektor tersebut selanjutnya dicatat oleh recorder yang biasanya dapat ditampilkan menggunakan integrator atau menggunakan personal computer (PC) yang terhubung online dengan alat HPLC tersebut.
2.      Fasa gerak dan fasa diam dalam HPLC
Di dalam kromatografi cair komposisi dari solven atau fasa gerak adalah salah satu dari variabel yang mempengaruhi pemisahan. Terdapat variasi yang sangat luas pada solven yang digunakan untuk KCKT,  tetapi ada  beberapa sifat umum  yang disukai, yaitu fasa gerak harus :
·      Murni, tidak terdapat kontaminan
·      Tidak bereaksi dengan wadah (packing)
·      Sesuai dengan defektor
·      Melarutkan sampel
·      Memiliki viskositas rendah
·      Bila diperlukan, memudahkan "sample recovery"
·      Diperdagangan dapat diperoleh dengan harga murah (reasonable price)

Fasa diam yanng biasa digunakan (pada kolom) HPLC jenis fasa terbalik dimana R adalah rantai alkana C-18 atau C-8. Sementara fasa geraknya berupa larutan yang diatur komposisinya (gradien elusi). Misalnya air: asetonitril (80:20). Hal ini bergantung pada kepolaran anallit yang akan dipisahkan. Campuran analit akan terpisah berdasarkan kepolarannya, dan kecepatan untuk sampai ke detektor (waktu retensinya) akan berbeda, hal ini akan teramati pada spektrum yang puncak-puncaknya terpisah

3.      Komponen-komponen HPLC
generic%20HPLC
Keterangan :
1.      Botol pelarut (reservoir)
            Botol untuk fase gerak (mobile phase) dapat berisi campuran eluen atau eluen murni disesuaikan dengan kepentingan analisa.
2.      Pompa (pump)
            Pompa berfungsi untuk memompa baik eluen dan sampel yang disuntikan melalui injektor. Sebagian besar pompa HPLC memiliki keluaran tekanan (output pressure) 1000-6000 psi dan mampu menghasilkan aliran sampai 20 mL/menit.
3.      Injektor (injector)
            Injektor adalah tempat untuk menyuntikan sampel ke dalam kolom. Sampel yang akan dimasukkan  ke bagian  ujung kolom, harus dengan disturbansi yang minimum dari material kolom.
4.      Kolom (coloum)
            Kolom merupakan bagian yang sangat penting dari disebut cartridge, ada pula yang terbuat dari stainless steel. Kolom terdiri dari fase diam (oktil, oktadesil, fenil, nitril, amin, dll) yang terikat secara kimia dengan partikel-partikel silika berpori yang terdapat dibagian dalam kolom.
            Berhasil atau gagalnya suatu analisis tergantung pada pemilihan kolom dan kondisi percobaan yang sesuai.
            Kolom dapat dibagi menjadi dua kelompok :
1)      Kolom analitik : Diameter dalam 2 -6 mm. Panjang kolom tergantung pada jenis material pengisi kolom. Untuk kemasan pellicular, panjang yang digunakan adalah 50 -100 cm. Untuk kemasan poros mikropartikulat, 10 -30 cm. Dewasa ini ada yang 5 cm.
2)      Kolom preparatif: umumnya memiliki  diameter 6 mm atau lebih besar dan panjang kolom 25 -100 cm. Kolom umumnya dibuat dari stainlesteel dan biasanya dioperasikan pada temperatur kamar, tetapi bisa juga digunakan temperatur lebih tinggi, terutama untuk  kromatografi penukar ion dan kromatografi eksklusi. Pengepakan kolom tergantung  pada model KCKT  yang digunakan (Liquid Solid Chromatography,  LSC; Liquid Liquid Chromatography, LLC; Ion  Exchange Chromatography,  IEC, Exclution Chromatography, EC)
5.      Detektor (detector)
            Detektor yang paling banyak digunakan adalah detector ultra violet (UV)/Visible, fluorometer (terutama untuk zat yang memiliki panjang gelombang eksitasi dan emisi) dan detektor indeks bias.
Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen sampel di dalam kolom (analisis kualitatif) dan menghitung kadamya (analisis kuantitatif). Detektor yang baik memiliki sensitifitas yang tinggi, gangguan (noise) yang rendah, kisar respons linier yang luas, dan memberi respons untuk semua tipe senyawa. Suatu kepekaan yang rendah terhadap aliran dan  fluktuasi temperatur sangat diinginkan, tetapi tidak selalu dapat diperoleh.  Detektor KCKT yang umum digunakan adalah detektor UV 254 nm. Variabel panjang gelombang dapat digunakan  untuk mendeteksi banyak  senyawa dengan range yang lebih luas. Detektor indeks refraksi juga digunakan secara luas, terutama pada kromatografi eksklusi, tetapi umumnya kurang  sensitif jika dibandingkan dengan detektor UV.
6.      Komputer (PC) dan Printer
            Komputer berisi software pengolahan data yang menampilkan grafik dari pembacaan absorbansi sampel terhadap perubahan waktu. Grafik hasil pembacaan disebut kromatogram.

1.      Cara Menggunakan HPLC
pehplc
Langkah-langkah menganalisa menggunakan HPLC yaitu mula-mula sampel diinjeksi dengan syringe. Kemudian sampel masuk ke injection hall. Dari injection hall ini proses utama cara kerja HPLC dimulai, yaitu dengan memompa sampel ke kolom oleh LC20AT dalam tekanan tinggi.
Dari kolom, sampel dijadikan fase bergerak dan diolah dengan fase diam yaitu biasanya H2SO4 0,05 N dan CH3OH berdasarkan afinitas elektron. Setelah terpisah, dengan berbagai perhitungan matematis, HPLC yang sudah disambungkan dengan komputer ini memberikan pembacaan berupa peak. Setelah itu kita mencari luasan di bawah peak untuk mengetahui kadar analit.
Rumus perhitungannya adalah y = ½ b.h yaitu persamaan yang diplotkan dengan least square. Sesuai dengan pengerjaan least square, maka sebelum menggunakan HPLC untuk analit, kita harus membuat kurva standar terlebih dahulu dengan menggunakan larutan standar.
     Elusi Gradien didefinisikan sebagai penambahan kekuatan fasa gerak selama analisis kromatografi berlangsung. Efek  dari Elusi Gradien adalah  mempersingkat waktu retensi dari senyawa-senyawa yang  tertahan kuat pada kolom.
Diagram alir HPLC
http://www.chem-is-try.org/wp-content/migrated_images/analisis/hplc1.gif





Adapun cara untuk melihat seluruh proses diagram alir HPLC, antara lain:

a.    Injeksi sample
               Proses ini meliputi tekanan, tidak sama halnya dengan kromatografi gas.
b.    Waktu retensi
        Waktu yang dibutuhkan oleh senyawa untuk bergerak melalui kolom menuju detektor Waktu retensi diukur berdasarkan waktu dimana sampel diinjeksikan sampai sampel menunjukkan ketinggian puncak yang maksimum dari senyawa itu. Senyawa-senyawa yang berbeda memiliki waktu retensi yang berbeda.
c.    Detektor
         Ada beberapa cara untuk mendeteksi substansi yang telah melewati kolom. Metode umum yang mudah dipakai untuk menjelaskan yaitu penggunaan serapan ultra-violet.
d.    Interpretasi output dari detector
         Output akan direkam sebagai rangkaian puncak-puncak, dimana masing-masing puncak mewakili satu senyawa dalam campuran yang melalui detektor dan menyerap sinar UV. Area yang berada dibawah puncak sebanding dengan jumlah X yang melalui detektor, dan area ini dapat dihitung secara otomatis melalui layar komputer. Area dihitung sebagai bagian yang berwarna hijau dalam gambar (sangat sederhana).Jika larutan X kurang pekat, area dibawah puncak akan berkurang meskipun waktu retensi akan sama.

Kelebihan dan Kekurangan HPLC
a.      Kelebihan High Performance Liquid Chromatografi:
·      Isolasi zat yang tidak mudah menguap (non volatile)
·      Isolasi zat yang secara termal tidak stabil
·      Dapat diopersikan pada suhu kamar
·      Mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran
·      Sudah digital sehingga penggunaannya cepat, mudah dan lebih praktis
·      Kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi
·      Dapat dihindari terjadinya dekomposisi / kerusakan bahan yang dianalisis
·      Resolusi yang baik
·      Dapat digunakan bermacam-macam detektor
·      Kolom dapat digunakan kembali
·      Mudah melakukan "sample recovery"

b.      Kekurangan High Performance Liquid Chromatografi:
·      Larutan harus dicari fase diamnya terlebih dulu
·      Hanya bisa digunakan untuk asam organic
·      Harus mengetahui kombinasi yang optimum antara pelarut, analit, dan gradien elusi
·      Harganya mahal sehingga penggunaannya dalam lingkup penelitian yang terbatas


BAB III
KESIMPULAN

1.      HPLC adalah singkatan dari High Performance Liquid Cromatography, yaitu alat yang berfungsi mendorong analit melalui sebuah kolom dari fase diam ( yaitu sebuah tube dengan partikel bulat kecil dengan permukaan kimia tertentu) dengan memompa cairan (fase bergerak) pada tekanan tinggi melalui kolom. HPLC secara mendasar merupakan perkembangan tingkat tinggi dari kromatografi kolom.
2.      Prinsip dasar dari HPLC adalah pemisahan analit-analit berdasarkan kepolarannya sedangkan prinsip kerja dari alat HPLC adalah ketika suatu sampel yang akan diuji diinjeksikan ke dalam kolom maka sampel tersebut kemudian akan terurai dan terpisah menjadi senyawa-senyawa kimia ( analit ) sesuai dengan perbedaan kepolaran afinitasnya. Hasil pemisahan tersebut kemudian akan dideteksi oleh detector (spektrofotometer UV, fluorometer atau indeks bias) pada panjang gelombang tertentu, hasil yang muncul dari detektor tersebut selanjutnya dicatat oleh recorder yang biasanya dapat ditampilkan menggungakan integrator atau menggunakan personal computer (PC) yang terhubung online dengan alat HPLC tersebut.
3.      Keuntungan dari penggunaan HPLC yaitu :
·         Lebih teliti
·         Sudah digital sehingga penggunaannya cepat dan lebih praktis
·         mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran
·         mudah melaksanakannya
·         kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi
·         dapat dihindari terjadinya dekomposisi / kerusakan bahan yang dianalisis
·         Resolusi yang baik
·         dapat digunakan bermacam-macam detektor
·         Kolom dapat digunakan kembali
·         mudah melakukan "sample recovery"
4.      Kerugian dari penggunaan HPLC yaitu :
·         Larutan harus dicari fase diamnya terlebih dulu
·         Hanya bisa digunakan untuk asam organic
·         Harus mengetahui kombinasi yang optimum antara pelarut, analit, dan gradien elusi.
·         Harganya mahal sehingga penggunaannya dalam lingkup penelitian yang terbatas